Sabtu, 16 Agustus 2014

Langkah Pertama Memang Tak Pernah Mudah


Lebaran tahun ini bagi saya terasa sangat berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Lebaran tahun ini saya baru memulai usaha baru dan itu artinya saya tidak punya uang berlebih untuk dibelanjakan kebutuhan Lebaran. Tapi meskipun berat, entah mengapa Lebaran ini saya lebih bahagia dibandingkan Lebaran-Lebaran sebelumnya.

Semuanya berawal dari sebuah kecelakaan. Kesalahan pengambilan keputusan yang lagi2saya buat. Semoga langkah perbaikan yang saya ambil ini merupakan sebuah langkah yang benar.

Stay at comfort zone or out

Saya dari dulu memang ingin membuka usaha sendiri. Namun saya selalu ragu dan takut. Ragu karena belum memiliki modal dan takut untuk memulai langkah pertama dengan banyak alasan. Karena ketakutan dan keraguan itulah pada akhirnya saya memutuskan untuk merencanakan memulai usaha sepuluh tahun mendatang ketika usia saya menginjak 40 tahun. Bukankah ada pepatah yang mengatakan bahwa Life Begin at 40 right? Saya merencanakan akan mengumpulkan uang untuk modal selama 10 tahun ini. Caranya dengan bekerja dan menabung melalui investasi asuransi.

Semua tampak begitu sempurna. Saya memiliki kehidupan yang sempurna. Saya bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang yang saya sukai dari dulu yaitu undangan, souvenir, mahar dan hantaran. Menyaksikan pasangan yang berhasil menikah dan menikmati betul pesanan yang telah jadi adalah kebahagiaan tersendiri bagi saya. Bagaimana tidak, meskipun saya sendiri memiliki pengalaman gagal menikah, namun bisa membantu pasangan untuk menikah bagi saya adalah sebuah keindahan. Sedekah yang tak ternilai harganya.

 Saya dengan latar belakang meja kerja di kantor

Di perusahaan tersebut saya menempati posisi yang sangat tinggi untuk struktur kepegawaian. Satu tingkat dibawah pemiliknya. Oh ya, saya memang memegang posisi sebagai tangan kanan, tangan kedua bos. Judul jabatan saya adalah marketing manager, namun luas cakupan pekerjaan saya lebih dari sekedar marketing. Saya menangani dari masalah pemasaran, anak buah hingga pengembangan perusahaan. Disana saya diperlakukan dengan baik. Kebetulan memang pemiliknya adalah adik kelas satu fakultas beda jurusan pada saat kuliah dulu. Itu artinya bosnya lebih mudah usianya? Yap. Tapi hubungan kami saling menghormati. Saya bahkan hanya memanggil namanya tanpa embel2sebutan seperti bu atau mbak. Dan justru dia yang memanggil saya dengan sebutan mbak dikarenakan usia saya yang lebih tua dibandingkan dirinya. Yup. Bosnya memang perempuan. Seorang perempuan yang masih muda usianya namun memiliki kepribadian yang tangguh.

 Me n Her

Menurut saya, hubungan kami saling mengisi. Dalam arti memang saya adalah pegawainya yang notabene menerima gaji darinya setiap bulan. Namun dalam keseharian pekerjaan kami lebih sering seperti kerjasama daripada seperti hubungan pimpinan dan bawahan. Saya bisa mengkritik kebijakannya setiap saat jika ada yang kurang pas untuk perusahaan, namun dia juga meminta pertimbangan saya untuk keputusan-keputusan yang bukan menjadi hak prerogatifnya. Saya banyak belajar mengenai penanganan perusahaan padanya dan dia juga banyak belajar mengenai pemasaran kepada saya. Kami sama-sama saling belajar dalam memajukan perusahaan tersebut. Secara garis besar, saya bahagia di perusahaan ini. Sebelumnya datangnya cobaan itu.

Berkenalan dengan dunia asuransi

Lebih tepatnya memang bukan cobaan karena kejadiannya begitu cepat. Pada salah satu pameran pernikahan yang rutin kami ikuti, ada salah satu customer yang usianya tak lagi muda. Beliau seumuran ibu saya, saya kira. Beliau memesan produk dengan begitu lihainya menawar hingga mendapatkan best price pada pameran tersebut. Dalam perjalanan selama pesanan belum jadi saya banyak berinteraksi dengan beliau salah satunya dengan menanyakan kiatnya hingga bisa menawar dengan lihai dan mendapatkan best price. Kami akhirnya ngobrol panjang lebar. Saya kemudian tahu bahwa beliau adalah branch manager sebuah perusahaan asuransi terkemuka di kota Surabaya. Wah, saya pikir pantas saja. Beliau mengundang saya untuk datang ke kantornya keesokannya harinya.

Saya pada salah satu pameran pernikahan yang diikuti oleh perusahaan terdahulu

Di kantornya yang berada di salah satu lantai di gedung bertingkat di pusat kota kami mengobrol. Dia menanyakan gaji saya dan saya jawab terus terang. Beliau menawarkan kepada saya sebuah kesempatan untuk memperoleh penghasilan tambahan dengan nominal yang menggiurkan. Dan siapa sih yang tidak tergoda jika ada yang menawari sebuah kesempatan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar dari biasanya. Tidak juga saya, karena saya manusia biasa dan saya tergoda. Maka bertanyalah saya bagaimana caranya. 

Kantor Asuransi yang saya maksud

Mulailah saya diikutkan pelatihan intens selama 2 hari berturut-turut dari pagi sampai sore. Disana saya diberikan pengetahuan mengenai produk, cara pemasaran dan lain sebagainya. Saya juga langsung diikutkan ujian AAJI, ujian untuk agen asuransi oleh lembaga yang menaungi seluruh perusahaan asuransi di Indonesia. Dan meskipun pelatihan dan ujian itu berbayar, saya bisa mengikutinya secara free karena mendapat bantuan dari beliau.

Sebagai catatan saya disini, gaji saya memang tidak besar. Itu memang harus diakui. Gaji saya UMR. Namun jika dibandingkan dengan besarnya tanggungjawab yang saya jalani, maka pendapatan itu menjadi tidak seimbang. Selama ini saya tidak mempermasalahkannya karena saya memang termasuk orang yang beranggapan bahwa uang bukan segalanya. Saya juga memahami keterbatasan yang dimiliki oleh pemiliknya karena perusahaan tempat saya bekerja masih UKM dan belum termasuk perusahaan besar. Saya yakin gaji yang saya peroleh lebih dikarenakan keterbatasan pemilik daripada ketidakmauan pemilik untuk memberikan saya gaji yang sepadan dengan tanggungjawab saya. Oleh karena itu ketika ada tawaran untuk mendapatkan penghasilan tambahan membuat saya tergoda.

Branch Manager Vs Manager

Pasca pelatihan dan ujian, saya dimasukkan dalam salah satu tim yang dipimpin oleh seorang manager, dikarenakan posisi beliau yang mengenalkan saya pada dunia asuransi – sebut saja namanya bu Ali – adalah branch manager yang tidak mungkin menangani agen secara langsung dari segi hirarki perusahaan. Manager tersebut bernama – sebut saja Bu Maya -, seorang manager yang sangat cakap dan memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun di dunia asuransi.

Bu Maya berkisah kepada saya, bahwa pada awalnya dia adalah seorang yang sangat tidak membutuhkan uang. Beliau memiliki usaha garmen dengan penghasilan yang lebih dari cukup. Awalnya Bu Maya adalah nasabah Bu Ali dan telah beberapa kali diajak Bu Ali untuk bergabung sebagai agen daripada hanya sebagai nasabah, mengingat kemampuan dari Bu Maya dalam hal penjualan. Namun berkali kali pula Bu Maya menolaknya. Bu Maya baru bersedia bergabung beberapa tahun kemudian dengan tujuan bukan untuk menghasilkan uang namun ingin membantu sesama dengan pekerjaannya di asuransi tersebut.

Dan terbukti Bu Maya kemudian memang juga sukses di bidang asuransi hingga kini berada di level Manager dan mampu memimpin sebuah tim yang terdiri dari 10 orang agen. Beliau memiliki penghasilan yang sekarang bahkan jauh lebih besar dari pendapatannya dulu selama menjadi pengusaha garmen. Dan tanpa terasa kini beliau telah bergabung di perusahaan asuransi tersebut lebih dari 10 tahun. Beliau adalah orang yang sangat berdedikasi dalam melakukan pekerjaannya dan juga sangat capable dalam bidangnya. Bu Maya telah mendapatkan banyak hal dari asuransi. Mulai dari traveling local Indonesia hingga ke luar negeri telah pernah dijalani. Perjalanan2itu adalah bonus dari hasil pencapaiannya selama kurun waktu tertentu. Bahkan beliau memiliki 12 polis asuransi untuk berbagai kebutuhan hidupnya. Dari mulai dana kesehatan hingga dana pendidikan untuk putra dan putrinya. Baginya bekerja di asuransi ini membuat kualitas hidupnya menjadi semakin meningkat.

Maka dimulailah proses kerjasama saya dengan Bu Maya. Sebagai manager beliau cukup cakap dan all out. Melakukan apapun demi kemajuan anak buahnya. Seperti contohnya memberikan tumpangan secara cuma2pada saat kunjungan ke calon nasabah, tak segan untuk merogoh kocek pribadi untuk sekedar memberikan suguhan kepada calon customer anakbuahnya. Hingga memberikan telepon selularnya untuk digunakan menghubungi calon nasabah anakbuahnya.

 Bu Maya sang Manager

Hanya mungkin ada banyak kondisi yang menurut saya membuat saya kurang beruntung. Maksud saya seperti ini, saya sangat serius ingin menekuni bidang ini. Salah satu contohnya, saya telah melakukan usaha yang maksimal agar bisa sukses, seperti membeli tablet untuk kebutuhan presentasi dengan calon klien, membeli pernak-pernik kecil seperti map dll untuk kebutuhan administrasi filling data klien dll. Namun karena ini bidang baru yang belum pernah saya tangani sebelumnya, jadi saya sangat kurang di masalah produk knowledge. 

 Tab yang membantu mengoptimalkan pekerjaan saya

Saya memang mendapatkan fasilitas pendampingan selama melakukan kunjungan kepada calon klien dengan manager saya selama 3 bulan. Kurun waktu tersebut harus bisa saya manfaatkan betul2agar nantinya di bulan ke 4 saya sudah bisa melakukan kunjungan presentasi sendiri tanpa didampingi oleh manager lagi. Tapi jangan lupa, pada waktu itu saya masih bekerja di perusahaan sebelumnya dengan tanggungjawab yang sangat besar. Saya ingat saya bergabung di asuransi pada akhir tahun, masa dimana puncak pekerjaan saya. Pada akhir tahun saya harus membuat serangkaian laporan mulai dari evaluasi tahunan yang terangkum dalam laporan akhir tahun hingga ide pengembangan marketing tahun depan yang terangkum dalam laporan awal tahun. Belum lagi seluruh laporan itu harus dilengkapi dengan data marketing selama 1 tahun kebelakang dan 1 tahun ke depan.

Jadi bisa dibayangkan betapa repotnya saya dalam membagi waktu antara pekerjaan utama dengan pekerjaan tambahan. Bulan pertama saya lalui tanpa ada progress yang berarti karena jangankan kunjungan yang cukup intens dengan beberapa calon klien (kami para agen diajarkan paling tidak bertemu 3 calon klien setiap hari), saya bisa datang ke kantor asuransi saja hal tersebut sudah sangat mujur. Saya hanya memiliki waktu untuk melakukan kunjungan kepada calon klien sepulang saya dari pekerjaan utama. Satu minggu berlalu dan Bu Maya sudah mengeluh bahwa dia tidak bisa berjalan dengan ritme seperti itu karena itu artinya dia baru perjalanan menuju rumahnya sepulang dari calon klien jam 9 malam dan baru sampai rumah jam 10 malam. Sementara dia sudah harus mulai beraktivitas di pagi hari.

Saya memahami dilemanya dan hal tersebut menjadi dilema baru pada diri saya. Saat itulah manager saya mengajak saya untuk menentukan pilihan. Fokus istilahnya sehingga hasil yang didapatkannya tidak setengah2dan bisa maksimal. Saya mulai diajak berpikir bahwa bekerja di asuransi akan memberikan peluang lebih banyak untuk memperoleh hidup yang layak dibandingkan dengan pekerjaan saya yang sekarang. Saya tidak menampik hal tersebut karena memang bonus dari setiap calon klien yang berhasil menjadi nasabah adalah 30% dari total transaksi yang dibukukan pada tahun pertama. Bahkan beliau bisa menunjukkan bahwa hanya dengan 1 nasabah saja, bonus saya sudah melebihi gaji yang saya terima dalam 1 bulan.

Resign

Mulailah wacana untuk resign dikemukakan. Beliau meyakinkan saya bahwa diluar pekerjaan saya yang sekarang, ada begitu banyak kesempatan dan peluang yang bisa saya peroleh. Beliau membuat saya percaya bahwa dengan kemauan dan kemampuan yang saya miliki, tidak akan sulit bagi saya untuk mendapatkan keberhasilan. Percakapan demi percakapan terjalin membuat saya akhirnya, pada akhir tahun, sebelum fajar tahun baru menyingsing, saya telah mengajukan resign kepada bos saya.

Meski sedikit shock, namun bos saya memiliki tingkat kematangan emosi yang sangat tinggi sehingga dia tidak menunjukkan secara verbal kekagetannya. Dia hanya bertanya apa alasannya, dan saya jawab secara terus terang bahwa saya membutuhkan nominal gaji yang lebih besar dari yang saya terima sekarang. Saya sampaikan terus terang tentang pekerjaan sampingan saya di asuransi yang akan segera saya jadikan pekerjaan utama saya. Saya tidak tahu apa yang dia rasakan, hanya dia meminta waktu tambahan selama 2 bulan agar saya bisa membantu pengganti saya nantinya untuk memahami pekerjaan saya.

Namun karena saya dikejar waktu dan deadline juga agar segera bisa menguasai product knowledge asuransi, maka saya meminta ijin untuk bekerja setengah hari dengan gaji setengah pula. Bos saya dengan berat hati menyetujuinya. Jadilah selama 2 bulan tersebut saya membagi waktu saya separuh2. Apakah semua berjalan lancar? Oh tunggu dulu, tidak semudah itu.

Selama 2 bulan tersebut kendala mulai bermunculan. Mulai dari tab yang tidak bisa dioperasikan secara maksimal untuk aplikasi penghitungan jumlah nilai asuransi yang ditawarkan kepada nasabah, laptop yang bisa untuk menjalankan aplikasi tersebut namun sangat tidak praktis karena laptop saya masih termasuk tipe yang jadul karena memiliki berat 5 kg lebih dan harus selalu disambungkan ke listrik karena faktor usia maka dia tidak bisa bertahan lama jika tidak dicolokkan ke listrik. Belum lagi jadwal yang sangat padat dari Bu Maya hingga beliau tidak bisa mendampingi saya setiap saat, sampai kesulitan saya untuk menawarkan produk asuransi. Ya, saya memiliki kesulitan tersendiri dalam memasarkan asuransi ini. Entah kenapa jika saya sudah berhadapan dengan calon customer, lidah saya tiba2menjadi kelu dan tidak tahu harus memulai dari mana. Sehingga sesi bertemu klien bagi saya adalah momok tersendiri yang menakutkan.

Saya juga heran dengan hal tersebut. Entah kenapa. Padahal biasanya saya begitu lihai jika berhadapan dengan customer. Saya sudah siap dengan jawaban apapun dari setiap pertanyaan customer. Saya bisa sangat santai seperti bicara dengan teman jika saya menghadapi customer, selain calon klien asuransi. Ketika saya sampaikan kesulitan saya ini kepada Bu Maya, beliau menganggap ketakutan saya aneh. Ketika saya mencoba menanyakan ke beliau pertanyaan2yang mungkin ditanyakan oleh customer, beliau memberikan jawaban yang kurang memuaskan, karena alih2menjawab pertanyaan saya, beliau malah menyuruh saya untuk tidak mudah hanyut oleh pertanyaan klien karena klien tidak tahu sementara agen selaku yang tahu akan produk lebih bisa membantu menentukan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh calon klien tersebut.

Tak Sejalan

Disitulah mulanya. Saya mulai tidak nyaman dengan cara pandang manager saya. Karena saya memiliki pendapat yang sebaliknya. Ketidaknyamanan itu dari hari ke hari bertambah besar. Jika di atas saya sampaikan hubungan saya dengan bos berjalan baik, salah satunya mungkin dikarenakan bos saya tahu bagaimana cara mengoptimalkan saya. Apa yang do and do not do kepada saya hingga saya merasa nyaman dan bisa bekerja maksimal. Namun dengan manager saya, saya merasa sebaliknya. Beliau tidak tahu cara mengoptimalkan saya sehingga saya merasa tidak nyaman dibuatnya.

Dua bulan berlalu, tanpa ada hasil yang berarti. Masa pendampingan segera akan berakhir begitu pula dengan masa perpanjangan masa kerja saya diperusahaan saya sebelumnya. Saya mulai menyadari bahwa sepertinya saya kurang berhasil di bidang asuransi namun sudah terlambat untuk menarik permohonan resign saya kembali. Saya bukan orang yang bisa untuk menjilat lidah sendiri. Sekali kata terucap, pantang kata ditarik kembali. Itu prinsip saya.

The Power Of Kepepet

Jadi begitulah. Kembali ke topik semula. Diawal saya katakan bahwa kejadiannya begitu cepat. Bahkan sebelum saya sadari. Tiba2saya sudah berada dalam posisi dimana saya telah resign dari pekerjaan saya, tidak berhasil di dunia asuransi dengan apapun alasannya, dan harus bertahan hidup untuk lebih dari sekedar makan. Dan disinilah saya sekarang. Memulai usaha baru. Karena kepepet lebih tepatnya. Memulai usaha baru dari bekal kemampuan dan pengetahuan serta tekad saya yang kuat. Ada yang mengatakan bahwa ada kalanya usaha yang diawali dengan kepepet memiliki potensi untuk berhasil. The Power Of Kepepet namanya. 

 Brand Usaha Kecil Saya Sekarang

Saya pikir masuk akal juga jika kepepet menjadi faktor pendorong yang sangat luar biasa. Karena kepepet seseorang menjadi tidak punya pilihan lain selain menjalani keputusan apapun yang dihasilkannya. Karena kepepet membuat orang jadi tidak punya jalan lain selain maju menjalani usahanya, bahkan saat dia mengalami hambatan, tantangan, ancaman dan gangguan dari siapapun. Pun dari orang2disekitar kita yang saya yakin awalnya akan meragukan keberhasilan kita dan mengambil sikap lebih ke wait n see daripada help n do.

Saya pikir hal tersebut adalah wajar dikarenakan mereka adalah orang-orang yang sedang menunggu pembuktian dari kita apakah kita serius terhadap pilihan yang kita jalani atau hanya sekedar hujan semusim dengan berubah secepat keputusan itu diambil. Justru bagi saya disanalah letak tantangan yang sebenarnya. Menjawab tantangan adalah salah satu hal dan komit terhadap pilihan adalah hal lain. Keduanya butuh pembuktian.

Dan ketika kita berhasil terhadap pilihan kita, adalah wajar juga ketika orang2kita mulai beranjak memberikan selamat dan mulai membantu karena di mata mereka kita telah teruji. Saya pikir ujian yang diberikan oleh orang terdekat adalah sebuah pengalaman yang lebih berharga dan mahal dibandingkan dengan ujian yang diberikan oleh orang lain yang bahkan kita tidak mengenalnya. Semoga saja.

I am happy now

Saya bahagia dengan keadaan saya yang sekarang. Sekarang saya jadi memiliki waktu luang yang banyak untuk menulis lagi, sebuah keinginan yang selalu terpendam (baca opening blog). Saya jadi memiliki quality time lebih banyak dengan keluarga, bahkan bisa berkontribusi lebih daripada dahulu. Saya sekarang menjadi nanny bagi keponakan saya yang saat saya menulis ini baru berusia 6 bulan. Namanya Zhahirah Chorunnisa. Saya bahagia bisa mengikuti perkembangannya dari hari ke hari. Lumayan pembelajaran juga sebelum menjadi ibu bagi anak saya kelak ;)

Saya bahagia karena bisa mengatur waktu sesuai kebutuhan saya. Saya bahagia karena sekarang saya bisa melakukan kegiatan apapun yang bertujuan untuk memajukan usaha saya. Saya bahagia karena kini saya menjadi pemilik dari usaha saya sendiri. Ada pepatah yang mengatakan bahwa sebesar apapun perusahaan tempatmu bekerja, kamu tetap seorang pegawai. Tapi sekecil apapun perusahaanmu, kamu tetap pemiliknya. Pepatah ini sangat ampuh sebagai mood booster saya ketika lagi down.

Tapi memang memulai segala sesuatu itu tidak mudah kan? Apalagi seperti saya yang memiliki modal yang tidak besar. Namun saya memiliki keyakinan. Keyakinan akan mimpi saya. Keyakinan bahwa mimpi saya akan berhasil. Keyakinan bahwa jika saya berusaha di jalur yang benar, dengan cara yang benar, saya akan mendapatkan hasil yang besar. Pelan2saya menata usaha saya. Melalui pembuatan konsep usaha, konsep pemasaran hingga konsep pelayanan. Meski semua masih serba sederhana namun saya yakin semua akan berkembang seiring dengan berjalannya waktu.

Saya teringat ucapan adik saya yang begitu menyentuh. Masa Tuhan menutup mata terhadap hasil kerja keras kita? Masa Tuhan tidak memberi kita hadiah untuk semua kesusahan yang telah dilalui dengan sabar? Masa Tuhan membiarkan kita berpuasa terus tanpa memberikan Lebaran? Saya yakin Gak ;)

Kembali lagi ke awal mula saya menulis. Lebaran tahun ini memang berbeda bagi saya. Mungkin lebaran tahun ini saya masih harus berpuasa. Tapi siapa tahu Lebaran tahun depan saya benar2berlebaran?;)
Semoga saja.

Saya akhiri catatan saya ini dengan harapan semoga blogger yang membaca bisa mengambil manfaat dari tulisan saya. Bahwa keputusan yang terburu-buru dibuat seringkali bermuara pada penyesalan. Namun ketika sebuah kesalahan telah diperbuat, segera perbaiki dan konsisten terhadap perbaikan tersebut. Karena seburuk apapun masa lalu kita, masa depan kita masih putih bersih dan tergantung pada apa yang kita lakukan hari ini.

Write with love
Miss Vee

Inspired you? Please Like, Share And Comment for other people that you loved ;) 

PS : kalian dapat menikmati blog saya yang lainnya dengan mengunjungi laman di bawah ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar