Lebaran tahun ini bagi saya terasa sangat berbeda dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya. Lebaran tahun ini saya baru memulai usaha baru dan itu
artinya saya tidak punya uang berlebih untuk dibelanjakan kebutuhan Lebaran.
Tapi meskipun berat, entah mengapa Lebaran ini saya lebih bahagia dibandingkan
Lebaran-Lebaran sebelumnya.
Semuanya berawal dari sebuah kecelakaan. Kesalahan pengambilan
keputusan yang lagi2saya buat. Semoga langkah perbaikan yang saya ambil ini merupakan
sebuah langkah yang benar.
Stay at comfort zone or out
Saya dari dulu memang ingin membuka usaha sendiri. Namun saya
selalu ragu dan takut. Ragu karena belum memiliki modal dan takut untuk memulai
langkah pertama dengan banyak alasan. Karena ketakutan dan keraguan itulah pada
akhirnya saya memutuskan untuk merencanakan memulai usaha sepuluh tahun
mendatang ketika usia saya menginjak 40 tahun. Bukankah ada pepatah yang
mengatakan bahwa Life Begin at 40 right? Saya merencanakan akan mengumpulkan uang
untuk modal selama 10 tahun ini. Caranya dengan bekerja dan menabung melalui
investasi asuransi.
Semua tampak begitu sempurna.
Saya memiliki kehidupan yang sempurna. Saya bekerja di perusahaan yang bergerak
di bidang yang saya sukai dari dulu yaitu undangan, souvenir, mahar dan
hantaran. Menyaksikan pasangan yang berhasil menikah dan menikmati betul
pesanan yang telah jadi adalah kebahagiaan tersendiri bagi saya. Bagaimana
tidak, meskipun saya sendiri memiliki pengalaman gagal menikah, namun bisa membantu
pasangan untuk menikah bagi saya adalah sebuah keindahan. Sedekah yang tak
ternilai harganya.
Saya dengan latar belakang meja kerja di kantor
Di perusahaan tersebut saya
menempati posisi yang sangat tinggi untuk struktur kepegawaian. Satu tingkat
dibawah pemiliknya. Oh ya, saya memang memegang posisi sebagai tangan kanan,
tangan kedua bos. Judul jabatan saya adalah marketing manager, namun luas
cakupan pekerjaan saya lebih dari sekedar marketing. Saya menangani dari
masalah pemasaran, anak buah hingga pengembangan perusahaan. Disana saya
diperlakukan dengan baik. Kebetulan memang pemiliknya adalah adik kelas satu
fakultas beda jurusan pada saat kuliah dulu. Itu artinya bosnya lebih mudah
usianya? Yap. Tapi hubungan kami saling menghormati. Saya bahkan hanya
memanggil namanya tanpa embel2sebutan seperti bu atau mbak. Dan justru dia yang
memanggil saya dengan sebutan mbak dikarenakan usia saya yang lebih tua
dibandingkan dirinya. Yup. Bosnya memang perempuan. Seorang perempuan yang
masih muda usianya namun memiliki kepribadian yang tangguh.
Me n Her
Menurut saya, hubungan kami
saling mengisi. Dalam arti memang saya adalah pegawainya yang notabene menerima
gaji darinya setiap bulan. Namun dalam keseharian pekerjaan kami lebih sering
seperti kerjasama daripada seperti hubungan pimpinan dan bawahan. Saya bisa mengkritik
kebijakannya setiap saat jika ada yang kurang pas untuk perusahaan, namun dia
juga meminta pertimbangan saya untuk keputusan-keputusan yang bukan menjadi hak
prerogatifnya. Saya banyak belajar mengenai penanganan perusahaan padanya dan
dia juga banyak belajar mengenai pemasaran kepada saya. Kami sama-sama saling
belajar dalam memajukan perusahaan tersebut. Secara garis besar, saya bahagia
di perusahaan ini. Sebelumnya datangnya cobaan itu.
Berkenalan dengan dunia asuransi
Lebih tepatnya memang bukan
cobaan karena kejadiannya begitu cepat. Pada salah satu pameran pernikahan yang
rutin kami ikuti, ada salah satu customer yang usianya tak lagi muda. Beliau
seumuran ibu saya, saya kira. Beliau memesan produk dengan begitu lihainya
menawar hingga mendapatkan best price pada pameran tersebut. Dalam perjalanan
selama pesanan belum jadi saya banyak berinteraksi dengan beliau salah satunya
dengan menanyakan kiatnya hingga bisa menawar dengan lihai dan mendapatkan best
price. Kami akhirnya ngobrol panjang lebar. Saya kemudian tahu bahwa beliau
adalah branch manager sebuah perusahaan asuransi terkemuka di kota Surabaya.
Wah, saya pikir pantas saja. Beliau mengundang saya untuk datang ke kantornya
keesokannya harinya.
Saya pada salah satu pameran pernikahan yang diikuti oleh perusahaan terdahulu
Di kantornya yang berada di salah
satu lantai di gedung bertingkat di pusat kota kami mengobrol. Dia menanyakan
gaji saya dan saya jawab terus terang. Beliau menawarkan kepada saya sebuah
kesempatan untuk memperoleh penghasilan tambahan dengan nominal yang
menggiurkan. Dan siapa sih yang tidak tergoda jika ada yang menawari sebuah
kesempatan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar dari biasanya. Tidak
juga saya, karena saya manusia biasa dan saya tergoda. Maka bertanyalah saya
bagaimana caranya.
Kantor Asuransi yang saya maksud
Mulailah saya diikutkan pelatihan
intens selama 2 hari berturut-turut dari pagi sampai sore. Disana saya
diberikan pengetahuan mengenai produk, cara pemasaran dan lain sebagainya. Saya
juga langsung diikutkan ujian AAJI, ujian untuk agen asuransi oleh lembaga yang
menaungi seluruh perusahaan asuransi di Indonesia. Dan meskipun pelatihan dan
ujian itu berbayar, saya bisa mengikutinya secara free karena mendapat bantuan
dari beliau.
Sebagai catatan saya disini, gaji
saya memang tidak besar. Itu memang harus diakui. Gaji saya UMR. Namun jika
dibandingkan dengan besarnya tanggungjawab yang saya jalani, maka pendapatan
itu menjadi tidak seimbang. Selama ini saya tidak mempermasalahkannya karena
saya memang termasuk orang yang beranggapan bahwa uang bukan segalanya. Saya
juga memahami keterbatasan yang dimiliki oleh pemiliknya karena perusahaan
tempat saya bekerja masih UKM dan belum termasuk perusahaan besar. Saya yakin
gaji yang saya peroleh lebih dikarenakan keterbatasan pemilik daripada
ketidakmauan pemilik untuk memberikan saya gaji yang sepadan dengan
tanggungjawab saya. Oleh karena itu ketika ada tawaran untuk mendapatkan
penghasilan tambahan membuat saya tergoda.
Branch Manager Vs Manager
Pasca pelatihan dan ujian, saya
dimasukkan dalam salah satu tim yang dipimpin oleh seorang manager, dikarenakan
posisi beliau yang mengenalkan saya pada dunia asuransi – sebut saja namanya bu
Ali – adalah branch manager yang tidak mungkin menangani agen secara langsung
dari segi hirarki perusahaan. Manager tersebut bernama – sebut saja Bu Maya -,
seorang manager yang sangat cakap dan memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun
di dunia asuransi.
Bu Maya berkisah kepada saya,
bahwa pada awalnya dia adalah seorang yang sangat tidak membutuhkan uang.
Beliau memiliki usaha garmen dengan penghasilan yang lebih dari cukup. Awalnya
Bu Maya adalah nasabah Bu Ali dan telah beberapa kali diajak Bu Ali untuk
bergabung sebagai agen daripada hanya sebagai nasabah, mengingat kemampuan dari
Bu Maya dalam hal penjualan. Namun berkali kali pula Bu Maya menolaknya. Bu
Maya baru bersedia bergabung beberapa tahun kemudian dengan tujuan bukan untuk
menghasilkan uang namun ingin membantu sesama dengan pekerjaannya di asuransi
tersebut.
Dan terbukti Bu Maya kemudian
memang juga sukses di bidang asuransi hingga kini berada di level Manager dan
mampu memimpin sebuah tim yang terdiri dari 10 orang agen. Beliau memiliki
penghasilan yang sekarang bahkan jauh lebih besar dari pendapatannya dulu
selama menjadi pengusaha garmen. Dan tanpa terasa kini beliau telah bergabung
di perusahaan asuransi tersebut lebih dari 10 tahun. Beliau adalah orang yang
sangat berdedikasi dalam melakukan pekerjaannya dan juga sangat capable dalam
bidangnya. Bu Maya telah mendapatkan banyak hal dari asuransi. Mulai dari
traveling local Indonesia hingga ke luar negeri telah pernah dijalani.
Perjalanan2itu adalah bonus dari hasil pencapaiannya selama kurun waktu
tertentu. Bahkan beliau memiliki 12 polis asuransi untuk berbagai kebutuhan
hidupnya. Dari mulai dana kesehatan hingga dana pendidikan untuk putra dan
putrinya. Baginya bekerja di asuransi ini membuat kualitas hidupnya menjadi
semakin meningkat.
Maka dimulailah proses kerjasama
saya dengan Bu Maya. Sebagai manager beliau cukup cakap dan all out. Melakukan
apapun demi kemajuan anak buahnya. Seperti contohnya memberikan tumpangan
secara cuma2pada saat kunjungan ke calon nasabah, tak segan untuk merogoh kocek
pribadi untuk sekedar memberikan suguhan kepada calon customer anakbuahnya.
Hingga memberikan telepon selularnya untuk digunakan menghubungi calon nasabah
anakbuahnya.
Bu Maya sang Manager
Hanya mungkin ada banyak kondisi
yang menurut saya membuat saya kurang beruntung. Maksud saya seperti ini, saya
sangat serius ingin menekuni bidang ini. Salah satu contohnya, saya telah
melakukan usaha yang maksimal agar bisa sukses, seperti membeli tablet untuk
kebutuhan presentasi dengan calon klien, membeli pernak-pernik kecil seperti
map dll untuk kebutuhan administrasi filling data klien dll. Namun karena ini
bidang baru yang belum pernah saya tangani sebelumnya, jadi saya sangat kurang
di masalah produk knowledge.
Tab yang membantu mengoptimalkan pekerjaan saya
Saya memang mendapatkan fasilitas
pendampingan selama melakukan kunjungan kepada calon klien dengan manager saya
selama 3 bulan. Kurun waktu tersebut harus bisa saya manfaatkan betul2agar nantinya
di bulan ke 4 saya sudah bisa melakukan kunjungan presentasi sendiri tanpa
didampingi oleh manager lagi. Tapi jangan lupa, pada waktu itu saya masih
bekerja di perusahaan sebelumnya dengan tanggungjawab yang sangat besar. Saya
ingat saya bergabung di asuransi pada akhir tahun, masa dimana puncak pekerjaan
saya. Pada akhir tahun saya harus membuat serangkaian laporan mulai dari
evaluasi tahunan yang terangkum dalam laporan akhir tahun hingga ide
pengembangan marketing tahun depan yang terangkum dalam laporan awal tahun.
Belum lagi seluruh laporan itu harus dilengkapi dengan data marketing selama 1
tahun kebelakang dan 1 tahun ke depan.
Jadi bisa dibayangkan betapa
repotnya saya dalam membagi waktu antara pekerjaan utama dengan pekerjaan
tambahan. Bulan pertama saya lalui tanpa ada progress yang berarti karena
jangankan kunjungan yang cukup intens dengan beberapa calon klien (kami para
agen diajarkan paling tidak bertemu 3 calon klien setiap hari), saya bisa
datang ke kantor asuransi saja hal tersebut sudah sangat mujur. Saya hanya
memiliki waktu untuk melakukan kunjungan kepada calon klien sepulang saya dari
pekerjaan utama. Satu minggu berlalu dan Bu Maya sudah mengeluh bahwa dia tidak
bisa berjalan dengan ritme seperti itu karena itu artinya dia baru perjalanan
menuju rumahnya sepulang dari calon klien jam 9 malam dan baru sampai rumah jam
10 malam. Sementara dia sudah harus mulai beraktivitas di pagi hari.
Saya memahami dilemanya dan hal
tersebut menjadi dilema baru pada diri saya. Saat itulah manager saya mengajak
saya untuk menentukan pilihan. Fokus istilahnya sehingga hasil yang
didapatkannya tidak setengah2dan bisa maksimal. Saya mulai diajak berpikir
bahwa bekerja di asuransi akan memberikan peluang lebih banyak untuk memperoleh
hidup yang layak dibandingkan dengan pekerjaan saya yang sekarang. Saya tidak
menampik hal tersebut karena memang bonus dari setiap calon klien yang berhasil
menjadi nasabah adalah 30% dari total transaksi yang dibukukan pada tahun
pertama. Bahkan beliau bisa menunjukkan bahwa hanya dengan 1 nasabah saja,
bonus saya sudah melebihi gaji yang saya terima dalam 1 bulan.
Resign
Mulailah wacana untuk resign
dikemukakan. Beliau meyakinkan saya bahwa diluar pekerjaan saya yang sekarang,
ada begitu banyak kesempatan dan peluang yang bisa saya peroleh. Beliau membuat
saya percaya bahwa dengan kemauan dan kemampuan yang saya miliki, tidak akan
sulit bagi saya untuk mendapatkan keberhasilan. Percakapan demi percakapan
terjalin membuat saya akhirnya, pada akhir tahun, sebelum fajar tahun baru
menyingsing, saya telah mengajukan resign kepada bos saya.
Meski sedikit shock, namun bos
saya memiliki tingkat kematangan emosi yang sangat tinggi sehingga dia tidak
menunjukkan secara verbal kekagetannya. Dia hanya bertanya apa alasannya, dan saya
jawab secara terus terang bahwa saya membutuhkan nominal gaji yang lebih besar
dari yang saya terima sekarang. Saya sampaikan terus terang tentang pekerjaan
sampingan saya di asuransi yang akan segera saya jadikan pekerjaan utama saya.
Saya tidak tahu apa yang dia rasakan, hanya dia meminta waktu tambahan selama 2
bulan agar saya bisa membantu pengganti saya nantinya untuk memahami pekerjaan
saya.
Namun karena saya dikejar waktu
dan deadline juga agar segera bisa menguasai product knowledge asuransi, maka
saya meminta ijin untuk bekerja setengah hari dengan gaji setengah pula. Bos
saya dengan berat hati menyetujuinya. Jadilah selama 2 bulan tersebut saya
membagi waktu saya separuh2. Apakah semua berjalan lancar? Oh tunggu dulu,
tidak semudah itu.
Selama 2 bulan tersebut kendala
mulai bermunculan. Mulai dari tab yang tidak bisa dioperasikan secara maksimal
untuk aplikasi penghitungan jumlah nilai asuransi yang ditawarkan kepada
nasabah, laptop yang bisa untuk menjalankan aplikasi tersebut namun sangat
tidak praktis karena laptop saya masih termasuk tipe yang jadul karena memiliki
berat 5 kg lebih dan harus selalu disambungkan ke listrik karena faktor usia
maka dia tidak bisa bertahan lama jika tidak dicolokkan ke listrik. Belum lagi
jadwal yang sangat padat dari Bu Maya hingga beliau tidak bisa mendampingi saya
setiap saat, sampai kesulitan saya untuk menawarkan produk asuransi. Ya, saya
memiliki kesulitan tersendiri dalam memasarkan asuransi ini. Entah kenapa jika
saya sudah berhadapan dengan calon customer, lidah saya tiba2menjadi kelu dan
tidak tahu harus memulai dari mana. Sehingga sesi bertemu klien bagi saya
adalah momok tersendiri yang menakutkan.
Saya juga heran dengan hal
tersebut. Entah kenapa. Padahal biasanya saya begitu lihai jika berhadapan
dengan customer. Saya sudah siap dengan jawaban apapun dari setiap pertanyaan
customer. Saya bisa sangat santai seperti bicara dengan teman jika saya
menghadapi customer, selain calon klien asuransi. Ketika saya sampaikan
kesulitan saya ini kepada Bu Maya, beliau menganggap ketakutan saya aneh.
Ketika saya mencoba menanyakan ke beliau pertanyaan2yang mungkin ditanyakan
oleh customer, beliau memberikan jawaban yang kurang memuaskan, karena
alih2menjawab pertanyaan saya, beliau malah menyuruh saya untuk tidak mudah
hanyut oleh pertanyaan klien karena klien tidak tahu sementara agen selaku yang
tahu akan produk lebih bisa membantu menentukan apa yang sebenarnya dibutuhkan
oleh calon klien tersebut.
Tak Sejalan
Disitulah mulanya. Saya mulai
tidak nyaman dengan cara pandang manager saya. Karena saya memiliki pendapat
yang sebaliknya. Ketidaknyamanan itu dari hari ke hari bertambah besar. Jika di
atas saya sampaikan hubungan saya dengan bos berjalan baik, salah satunya
mungkin dikarenakan bos saya tahu bagaimana cara mengoptimalkan saya. Apa yang do and do not do kepada saya hingga saya
merasa nyaman dan bisa bekerja maksimal. Namun dengan manager saya, saya merasa
sebaliknya. Beliau tidak tahu cara mengoptimalkan saya sehingga saya merasa
tidak nyaman dibuatnya.
Dua bulan berlalu, tanpa ada
hasil yang berarti. Masa pendampingan segera akan berakhir begitu pula dengan
masa perpanjangan masa kerja saya diperusahaan saya sebelumnya. Saya mulai
menyadari bahwa sepertinya saya kurang berhasil di bidang asuransi namun sudah
terlambat untuk menarik permohonan resign saya kembali. Saya bukan orang yang
bisa untuk menjilat lidah sendiri. Sekali kata terucap, pantang kata ditarik
kembali. Itu prinsip saya.
The Power Of Kepepet
Jadi begitulah. Kembali ke topik
semula. Diawal saya katakan bahwa kejadiannya begitu cepat. Bahkan sebelum saya
sadari. Tiba2saya sudah berada dalam posisi dimana saya telah resign dari
pekerjaan saya, tidak berhasil di dunia asuransi dengan apapun alasannya, dan
harus bertahan hidup untuk lebih dari sekedar makan. Dan disinilah saya
sekarang. Memulai usaha baru. Karena kepepet lebih tepatnya. Memulai usaha baru
dari bekal kemampuan dan pengetahuan serta tekad saya yang kuat. Ada yang
mengatakan bahwa ada kalanya usaha yang diawali dengan kepepet memiliki potensi
untuk berhasil. The Power Of Kepepet
namanya.
Brand Usaha Kecil Saya Sekarang
Saya pikir masuk akal juga jika
kepepet menjadi faktor pendorong yang sangat luar biasa. Karena kepepet
seseorang menjadi tidak punya pilihan lain selain menjalani keputusan apapun
yang dihasilkannya. Karena kepepet membuat orang jadi tidak punya jalan lain
selain maju menjalani usahanya, bahkan saat dia mengalami hambatan, tantangan,
ancaman dan gangguan dari siapapun. Pun dari orang2disekitar kita yang saya
yakin awalnya akan meragukan keberhasilan kita dan mengambil sikap lebih ke wait n see daripada help n do.
Saya pikir hal tersebut adalah
wajar dikarenakan mereka adalah orang-orang yang sedang menunggu pembuktian
dari kita apakah kita serius terhadap pilihan yang kita jalani atau hanya
sekedar hujan semusim dengan berubah secepat keputusan itu diambil. Justru bagi
saya disanalah letak tantangan yang sebenarnya. Menjawab tantangan adalah salah
satu hal dan komit terhadap pilihan adalah hal lain. Keduanya butuh pembuktian.
Dan ketika kita berhasil terhadap
pilihan kita, adalah wajar juga ketika orang2kita mulai beranjak memberikan
selamat dan mulai membantu karena di mata mereka kita telah teruji. Saya pikir
ujian yang diberikan oleh orang terdekat adalah sebuah pengalaman yang lebih
berharga dan mahal dibandingkan dengan ujian yang diberikan oleh orang lain
yang bahkan kita tidak mengenalnya. Semoga saja.
I am happy now
Saya bahagia dengan keadaan saya
yang sekarang. Sekarang saya jadi memiliki waktu luang yang banyak untuk
menulis lagi, sebuah keinginan yang selalu terpendam (baca opening blog). Saya
jadi memiliki quality time lebih
banyak dengan keluarga, bahkan bisa berkontribusi lebih daripada dahulu. Saya
sekarang menjadi nanny bagi keponakan
saya yang saat saya menulis ini baru berusia 6 bulan. Namanya Zhahirah
Chorunnisa. Saya bahagia bisa mengikuti perkembangannya dari hari ke hari.
Lumayan pembelajaran juga sebelum menjadi ibu bagi anak saya kelak ;)
Saya bahagia karena bisa mengatur
waktu sesuai kebutuhan saya. Saya bahagia karena sekarang saya bisa melakukan
kegiatan apapun yang bertujuan untuk memajukan usaha saya. Saya bahagia karena
kini saya menjadi pemilik dari usaha saya sendiri. Ada pepatah yang mengatakan
bahwa sebesar apapun perusahaan tempatmu bekerja, kamu tetap seorang pegawai.
Tapi sekecil apapun perusahaanmu, kamu tetap pemiliknya. Pepatah ini sangat
ampuh sebagai mood booster saya
ketika lagi down.
Tapi memang memulai segala
sesuatu itu tidak mudah kan? Apalagi seperti saya yang memiliki modal yang
tidak besar. Namun saya memiliki keyakinan. Keyakinan akan mimpi saya.
Keyakinan bahwa mimpi saya akan berhasil. Keyakinan bahwa jika saya berusaha di
jalur yang benar, dengan cara yang benar, saya akan mendapatkan hasil yang
besar. Pelan2saya menata usaha saya. Melalui pembuatan konsep usaha, konsep
pemasaran hingga konsep pelayanan. Meski semua masih serba sederhana namun saya
yakin semua akan berkembang seiring dengan berjalannya waktu.
Saya teringat ucapan adik saya
yang begitu menyentuh. Masa Tuhan menutup mata terhadap hasil kerja keras kita?
Masa Tuhan tidak memberi kita hadiah untuk semua kesusahan yang telah dilalui
dengan sabar? Masa Tuhan membiarkan kita berpuasa terus tanpa memberikan Lebaran?
Saya yakin Gak ;)
Kembali lagi ke awal mula saya
menulis. Lebaran tahun ini memang berbeda bagi saya. Mungkin lebaran tahun ini
saya masih harus berpuasa. Tapi siapa tahu Lebaran tahun depan saya
benar2berlebaran?;)
Semoga saja.
Saya akhiri catatan saya ini
dengan harapan semoga blogger yang
membaca bisa mengambil manfaat dari tulisan saya. Bahwa keputusan yang
terburu-buru dibuat seringkali bermuara pada penyesalan. Namun ketika sebuah
kesalahan telah diperbuat, segera perbaiki dan konsisten terhadap perbaikan
tersebut. Karena seburuk apapun masa lalu kita, masa depan kita masih putih
bersih dan tergantung pada apa yang kita lakukan hari ini.
Write with love
Miss Vee
Inspired you? Please Like, Share And Comment for other people that you loved ;)
PS : kalian dapat menikmati blog saya yang lainnya dengan mengunjungi laman di bawah ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar